37K views, 40 likes, 6 loves, 2 comments, 10 shares, Facebook Watch Videos from priangan.com: Permainan "Ngadu Muncang" Dimulai Era R.A.A. Wiratanoeningrat: Bukan Judi! Ngadu muncang atau kemiri
14 Ngadu Muncang. Ngadu Muncang is one of the traditional Indonesian games that became more rarely played these days. This game is usually played by kids who live in rural area. M. uncang is the nut of rubber plant. Since rubber plants only bear fruit in certain season, this game is also seasonal as well. This game can be played by two players
Muncang(Aleurites moluccana), nyaéta tuwuhan anu sikina dimangpaatkeun minangka bahan minyak sarta samara. Tuwuhan ieu masih sabaraya jeung sampeu sarta kaasup kana sélér Euphorbiaceae.Dina padagangan antarnagara dipikawanoh minangka candleberry, Indian walnut, atawa candlenut.Tangkalna disebut varnish tree atawa kukui nut tree.Minyak anu diperes tina sikina kapaké dina industri pikeun
Tradisidan kebudayaan atau kesenian ini adalah permainan ngadu muncang istilah jawa barat, atau adu kemiri. Permainan tradisional ini udah ada sejak ribuan
Ngadumuncang permainan tradisional sunda, kita menjual berbagai jenis muncang adu. Info wa 082137735129.
Sebagaipembelajaran, gobak sodor menanamkan artinya kedisplinan sejak dini, yaitu harus mengambil kesempatan secepat mungkin sebelum direbut oleh orang lain dan jangan terlambat dalam mengambil keputusan. Jadi, bermain gobak sodor harus mengutamakan strategi jitu dan kekompakan tim. 3. Pepeletokan.
LskoQsQ. Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi ‎ GARUT - Bagi sebagian anak-anak di pedesaan permainan adu muncang kemiri merupakan permainan yang kerap dilakukan untuk mengisi waktu luang, terutama pada waktu sore hari menjelang. Dalam praktiknya, permainan adu muncang dilakukan dengan cara menumpukkan dua buah muncang dan dijepit oleh beberapa bilah bambu. Jika ada salah satu muncang yang pecah setelah dijepit, berarti muncang tersebut dinyatakan kalah. Agar muncang memiliki ketahanan yang kuat, biasanya anak-anak terlebih dahulu merendam muncang tersebut ke dalam cairan cuka. Baca Begini Kronologis Tertembaknya Warga di Garut Versi Polisi, Awalnya Bubarkan Judi Adu Muncang Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar Kabupaten Garut, Budi Gan Gan, permainan ini sudah dilakukan sejak lama oleh anak-anak. "Sebelum anak mainan modern berkembang, permainan ini memanfaatkan hasil alam," kata Budi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis 18/1/2018. Namun sayangnya, seiring waktu permainan adu muncang ini disalahgunakan oleh mereka yang untuk mencari peruntungan pada permainan adu muncang ini. Baca Polisi Garut Gerebek Kerumunan Orang yang Sedang Ngadu Muncang, Satu Warga Tewas Tertembak Budi menyayangkan, jika permainan tradisional ini dimanfaatkan untuk sebagai ajang perjudian oleh segelintir orang. "Mereka yang judi suka memanfaatkan permainan ini‎," kata Budi. Ia menjelaskan, praktik perjudian dalam adu muncang ini memang selalu dilakukan oleh segelintir orang di Kabupaten Garut sejak lama. "Setahu saya, permainan ini dahulu hanya di kampung, tetapi sekarang di kota ramai," katanya.
– Berikut adalah ulasan tentang Mengenal Permainan Tradisional Adu Muncang yang Dipakai untuk Tes Kesaktian saat Zaman Kerajaan. Tidak habis pikir orang-orang pada zaman dahulu sungguh sangat kreatif dalam menciptakan sebuah permainan yang mengasyikan di dalam keterbatasan mereka pada saat itu tidak membuat merak berhenti inovatif. salah satu permainan Tradisional yang mungkin sampai sekarang masih ada beberapa orang yang memainkannya adalah adu muncang atau adu biji kemiri. selain sangat menarik permainan ini juga dipakai oleh orang orang dewasa dalam rangka pertaruhan, dan memang untuk ini jangan ditiru namun itu semua sudah menjadi sebuah kebudayaan! Adu Muncang Muncang atau biji kemiri Candlenut tidak hanya digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan. Di masyarakat Sunda, biji yang memiliki tingkat kekerasan yang berbeda ini dijadikan bahan aduan yang terkenal dengan sebutan adu muncang. Dalam prakteknya, ngadu muncang ini dilakukan dengan cara menyusun dua buah muncang milik dua pemain secara vertikal, lalu di atasnya disimpan bambu yang kanan kirinya dipegang oleh dua orang anak sehingga posisi muncang terjepit. Muncang yang disusun untuk diadu diposisikan agar bagian yang terkuat tampak berurat dan saling berhadapan. Nantinya setelah muncang terjepit dan posisinya tidak berubah, bambu penjepitnya dipukul oleh benda keras, muncang yang pecah berarti dia kalah. Seiring berjalannya waktu, peralatan mengadu muncang mengalami perkembangan. Kini mereka tak perlu lagi mencari dua bilah bambu dan orang yang memegang kedua sisinya ketika muncang dijepit. Kini mereka telah membuat tempat untuk menjepit muncang, sehingga tidak perlu lagi ada anak lain yang memegangnya, hanya butuh seseorang untuk memukul bambu penjepit muncangnya saja. Ritual Merendam Muncang dalam Cuka Hal yang menarik, dalam adu muncang anak anak biasanya memiliki ritual tersendiri. Salah satu ritual yang paling umum adalah para pemiliknya akan merendam kemiri yang akan diadu ke dalam rendaman air cuka selama beberapa jam bahkan seharian. Para pemiliknya percaya, hal ini dapat memperkuat kulit luar dari muncang aduan. Beberapa pemain bahkan berbuat ekstra dengan membersihkan dan menggosok permukaan kulit muncang dengan minyak hanya untuk mempercantik tampilan. Adu muncang memang permainan tradisional yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Namun kini, sayangnya permainan ini sering disalahgunakan oleh oknum yang menjadikannya menjadi arena judi. Padahal permainan ini dimaksudkan untuk mengasah kebersamaan dan kerja keras anak. Hal ini karena pada zaman dahulu, anak-anak yang ingin memperoleh muncang harus berusaha memetiknya sendiri dari pohonnya yang tinggi. Setelah itu mereka juga harus mengeluarkan buahnya, membersihkannya, sampai memolesnya hingga muncangnya terlihat bagus dan mengkilap. Jadi untuk memiliki muncang yang bagus, anak-anak perlu bekerja keras. Bahkan dalam catatan sejarah, adu muncang merupakan cara kerajaan-kerajaan di Jawa untuk mengadu kesaktian. Dan daerah Sunda, menjadi wilayah yang dianggap memiliki jawara-jawara paling unggul untuk adu muncang. Adu kesaktian Ngadu muncang memang salah satu permainan tradisional dari Indonesia, biasanya dimainkan oleh anak laki-laki pada musim kemiri. Namun bila membaca sejarah, adu muncang bukan hanya permainan di kala senggang. Dimuat dari koropak, pada masa Kerajaan Sunda, ngadu muncang dijadikan sebagai alat menunjukan kesaktian. Siapa yang muncang atau kemirinya paling kuat, dipercaya dia punya kesaktian yang tinggi. Dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam Jawa, Dr Graff hanya menulis sedikit mengenai permainan adu muncang. Dia hanya mencatat bahwa Sultan Agung, Raja Mataram Islam menggemari permainan adu muncang. “Buah muncang beliau yang terbaik, terkuat, dan tidak terkalahkan,” tulis Graff. Bagi Ihya M Kulon dalam Adu Muncang Pilkada, permainan adu muncang yang dijadikan lomba, bisa dipastikan dimulai oleh Sultan Agung. Hal ini kemudian disebarkan ke seluruh tanah jajahan Kerajaan Mataram Islam kala itu, termasuk wilayah Priangan. Kerajaan Sumedang Larang bahkan tercatat pernah menjadi daerah yang memiliki muncang atau buah kemiri paling kuat di Pulau Jawa. Muncang Sumedang Larang bisa mengalahkan muncang lainnya dalam sebuah acara adu muncang. Dimuat dalam Balebandung, hal ini bisa dibuktikan di Museum Prabu Geusan Ulun yang berupa gamelan kuno dan antik. Bila kita menengok museum, di salah ruangan bernama Ruang Gamelan, ada seperangkat gamelan bergaya Jawa. Di salah satu gamelannya, ada catatan bahwa gamelan tersebut merupakan hadiah dari Kerajaan Mataram Islam. Hal ini atas prestasi Kerajaan Sumedang Larang dalam adu muncang, hadiah itu bernama Gamelan Sari Oneng. “Gamelan ini memang hadiah dari Mataram karena Sumedang menjadi jawara dalam adu muncang,” tutur Ny Lilis, seorang petugas museum. Sayangnya, hingga kini tidak ada bukti fisik berupa muncang terkuat di daerah kekuasaan Mataram. Pasalnya, konon, muncang Sumedang yang memenangkan sayembara adu muncang ini diserahkan kepada Kerajaan Mataram. Tetapi dengan fakta ini, permainan adu muncang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Priangan, termasuk para bangsawan dan keluarganya. Namun sangat disayangkan, kini warisan ini telah dilupakan oleh masyarakat. Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News
Permainan Anak-anak Arus globalisasi memang sedang hebat-hebatnya menggerus kebudayaan Indonesia, termasuk budaya permainan tradisional anak bangsa. Tapi siapa sangka di balik cepatnya arus globalisasi tersebut, permainan tradisional masih mendapatkan ruhnya di hati anak-anak desa. Seperti yang terjadi di desa Cisompet, daerah selatan Garut, anak-anak sedang ramai-ramainya menikmati permainan Ngadu Muncang yang saat ini sedang menjadi musimnya di kalangan anak-anak desa. Anak-anak desa Cisompet memang perlu dijadikan contoh dalam mencintai permainan tradisional. Meskipun permainan modern dengan teknologi yang semakin canggih menyebar di seluruh dunia –termasuk Indonesia, tapi anak-anak desa masih menaruh perhatiannya pada permainan tradisional Ngadu Muncang. Sekilas memang permainan Ngadu Muncang ini kalah canggih dibandingkan dengan permainan modern sekelas Tendo, Game Online, Play Station, dan lain-lain. Akan tetapi kalau kita cermati lebih mendalam, permainan tradisional ini memiliki manfaat yang lebih berguna dibandingkan permainan modern, seperti ketelitian, kerjasama, kekuatan, dan kekreatifan. Empat manfaat tersebut bisa kita ketahui dari cara memainkan permainan Ngadu Muncang tersebut. Dalam bermain Ngadu Muncang, pertama-tama seorang anak biasanya menyiapkan muncang Indonesia Kemiri andalannya yang telah direndam selama seperempat/setengah jam di dalam air cuka. Perendaman di dalam air cuka tersebut berguna untuk menambah kekuatan kulit muncang. Setelah muncang andalan siap untuk ditandingkan dengan muncang teman sepermainan, salah seorang wasit muncang memberi aba-aba supaya kedua muncang tersebut siap untuk ditandingkan. Kedua muncang tersebut biasanya diletakan secara vertikal-bertumpuk di atas sebilah bambu yang telah dipotong mendatar. Kedua bambu mendatar tersebut diletakan di sisi bawah dan atas kedua tumpukan muncang tersebut yang di sisi paling bawahnya diberi alas sandal jepit. Setelah semua perlengkapan selesai dipersiapkan, maka seorang wasit muncang memberi aba-aba dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga tersebut, wasit kemudian memukul tumpukan muncang dengan kayu yang agak besar. Di akhir permainan, anak-anak bisa melihat muncang mana yang masih bertahan dan muncang mana yang telah remuk. Di sini, anak-anak bisa mengetahui pihak mana yang lebih unggul. Namun demikian, terkadang permainan tradisional Ngadu Muncang ini disalahgunakan oleh sebagian pihak. Permainan Ngadu Muncang yang pada awalnya memiliki nilai manfaat bagi anak-anak disalahgunakan oleh sebagian pihak yang ingin meraih keuntungan dengan menjadikannya taruhan, atau bahkan judi. Taruhan Ngadu Muncang pada umumnya disalahgunakan oleh para orang tua dan pemuda iseng. Mereka menggunakan media Ngadu Muncang supaya permainan bertambah mengasyikan. Akibatnya, penyalahgunaan permaianan tradisional ini menjadi salah satu target polisi dengan dugaan perjudian. Penyalagunaan permainan tradisional ini memang bukan kesalahan anak-anak desa atau pihak yang menghadirkan permainan Ngadu Muncang ke tengah dunia anak-anak. Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawablah yang harus disalahkan dengan penyalagunaan permainan tradisional ini. Kehadiran mereka di tengah masyarakat akan merusak citra permainan tradisional yang saat ini sedang giat bersaing dengan permainan modern.
permainan tradisional ngadu muncang